LAPORAN RENCANA BIMBINGAN KLINIK METODE PRECEPTORSHIP DENGAN TEKNIK BED SIDE TEACHING “PEMASANGAN INFUS”






 LAPORAN RENCANA BIMBINGAN KLINIK 
      METODE PRECEPTORSHIP DENGAN 
                                             TEKNIK  BED SIDE TEACHING

“PEMASANGAN INFUS”



Disusun Oleh:
Mariza Mustika Dewi
1404075


PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN
STIKES KARYA HUSADA
SEMARANG
2014/2015
PERENCANAAN BIMBINGAN KLINIK

A.    Identitas Mata Kuliah
Mata Kuliah                   :  Konsep Dasar Kebidanan
Kode Mata Kuliah         :  Bd.208
Pokok Bahasan              :  Kebutuhan Dasar Manusia
Sub Pokok Bahasan       : Pemasangan Infus
Beban Studi                   :  2 SKS
Waktu                            :  30 menit
Pertemuan ke                 :  1
Hari                                :  Kamis, 18 Desember 2014
Ruang                             : R. Parekesit RSUD Kota Semarang
Koordinator                   : Az Zahra
Pembimbing                   : Mariza Mustika Dewi, Amd.Keb
Mahasiswa Bimbingan   : Tiara Gladisca

B.     Tujuan Pembelajaran
1.      Tujuan Umum
Setelah mengikuti pembelajaran klinik ini peserta didik mampu melakukan pemasangan infus.
2.      Tujuan Khusus
Setelah mengikuti proses pembelajaran klinik peserta didik mampu:
a.       Memahami tentang pengertian Pemasangan Infus.
b.      Memahami tujuan Pemasangan Infus.
c.       Memahami persiapan untuk Pemasangan Infus.
d.      Memahami langkah-langkah Pemasangan Infus.

C.    Metode dan Tekhnik Bimbingan
1.      Metode bimbingan klinik yang akan digunakan adalah perseptorship
2.      Teknik bimbingan yang digunakan adalah preconference, bedside teaching, post conference.

D.    Deskripsi Kasus
Mahasiswa D3 Kebidanan tingkat I semester II yang sedang menjalankan praktek klinik kebidanan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota  Semarang di Ruang Parekesit dan mempunyai target perasat melakukan pemasangan infus. Mahasiswa tersebut belum pernah melakukan tindakan tersebut. Untuk mencapai target asuhan yang dibutuhkan oleh mahasiswa ters ebut, bimbingan diberikan menggunakan metode preseptorsip dengan teknik preconference, bedside teaching dan post conference.

E.     Rincian Kegiatan

NO
KOMPETENSI
JENIS KEGIATAN
WAKTU
METODE/
TEKNIK
HASIL YANG DIHARAPKAN
1
Peserta didik mengetahui tujuan tindakan melakukan pemasangan infus
a.     Pembimbing klinik menjelaskan tentang pengertian pemasangan infus
1 menit
Pre
conference

Peserta didik memahami pengertian pemasangan infus yaitu sebuah teknik memasukkan jarum atau kanula kedalam vena untuk memasukkan cairan infus kedalam tubuh. Tindakan ini sering merupakan tindakan life saving seperti pada kehilangan cairan yang banyak, dehidrasi dan syok
b.     Pembimbing klinik menjelaskan tujuan pemasangan infus
1 menit
Pre
conference

Peserta didik memahami tujuan dari pemasangan infuse, yaitu mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit, vitamin, protein, lemak dan kalori yang tidak dapat dipertahankan melalui oral, mengoreksi dan mencegah gangguan cairan dan elektrolit, memperbaiki keseimbangan asam basa, memberikan tranfusi darah, menyediakan medium untuk pemberian obat intravena, dan membantu pemberian nutrisi parental.
c.    Pembimbing klinik menjelaskan persiapan  untuk melakukan pemasangan infus
2 menit
Pre
conference

Peserta didik memahami persiapan untuk perawatan tali pusat, yaitu : alat
d.   Pembimbing klinik menjelaskan langkah-langkah pemasangan infuse







































































5 menit
Pre
conference

Langkah-langkah pemasangan infuse :
1.         Mencuci tangan
2.         Memakai sarung tangan
3.         Membuka daerah yang akan dipasang infus
4.         Memasang alas dibawah anggota badan yang akan dipasang infus
5.         Membuka set infus dan meletakkannya pada bak instrumen steril
6.         Menusukkan jarum set infus ke dalam botol infus kemudian mengalirkan cairan ke selang infus berakhir di bengkok untuk mengeluarkan udara dan mengisi selang infus
7.         Isi tempat tetesan infus kurang lebih separuhnya
8.         Pastikan roller selang infus dalam keadaan menutup (ke arah bawah)
9.         Menggantungkan selang infus pada standar infus
10.     Buka abocath dari bungkusnya
11.     Potong 3 lembar plester
12.     Pilih pembuluh darah yang akan dipasang infus, dengan syarat : pembuluh darah berukuran besar, pembuluh darah tidak bercabang, pembuluh darah tidak di area persendian
13.     Bendung bagian proksimal/atas dari pembuluh darah yang akan dipasang infus dengan torniquet
14.     Minta pasien menggenggamkan tangan, dengn ibu jari pasien di dalam genggaman
15.     Mendesinfeksi daerah yang akan dipasang infus
16.     Menusukkan jarum infus ke vena dengan lubang jarum menghadap keatas. Pastikan darah mengaliri jarum dan abocath. Jika belum teraliri oleh darah, temukan pembuluh darah sampai darah mengaliri jarum dan abocath
17.     Tourniket dilepas bila darah sudah masuk
18.     Lepas jarum sambil meninggalkan abocath di dalam pembuluh darah
19.     Tekan pangkal abocath untuk mencegah darah keluar dan masukkan ujung sela infus set ke abocath
20.     Fixasi secara menyilang menggunakan plester abocath yang sudah terpasang
21.     Alirkan cairan dari botol ke pembuluh darah dengan membuka roller. Bila tetesan lancar, jarum masuk di pembuluh darah yang benar
22.     Fixasi dengan cara kupu-kupu. Meletakkan plester dengan cara terbalik di bawah selang infus, kemudian disilangkan
23.     Menutup jarum dan tempat tusukan dengan kassa steril dan diplester
24.     Mengatur/menghitung jumlah tetesan
25.     Mengatur posisi pada anggota tubuh yang diinfus bila perlu diberi spalk
26.     Menuliskan tanggal pemasangan infus pada plester terakhir
27.     Merapikan alat dan pasien
28.     Melepas sarung tangan dan mencuci tangan
2
Mahasiswa mampu mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan
Pembimbing mempersiap
kan alat pemasangan infus

5 menit
Bedside teaching
Peserta didik memahami persiapan untuk pemasangan infuse, yaitu :
1.         Perlak dan alasnya
2.         Tourniquet
3.         Kapas alcohol
4.         Plester
5.         Gunting
6.         Kain kasa steril
7.         Set infuse
8.         Jarum infuse (abocath, wing needle/butterfl)
9.         Cairan infusing
10.     Bengkok
11.     Bak instrument kecil
12.     Sarung tangan bersih
13.     Standar infus
Mahasiswa mampu melakukan tindakan pemasangan infus dengan mandiri dan secara runtut
Pembimbing klinik melakukan tindakan pemasangan infus

15 menit
Bedside teaching
Peserta didik memahami langkah-langkah untuk pemasangan infuse, yaitu :
1.         Mencuci tangan
2.         Memakai sarung tangan
3.         Membuka daerah yang akan dipasang infus
4.         Memasang alas dibawah anggota badan yang akan dipasang infus
5.         Membuka set infus dan meletakkannya pada bak instrumen steril
6.         Menusukkan jarum set infus ke dalam botol infus kemudian mengalirkan cairan ke selang infus berakhir di bengkok untuk mengeluarkan udara dan mengisi selang infus
7.         Isi tempat tetesan infus kurang lebih separuhnya
8.         Pastikan roller selang infus dalam keadaan menutup (ke arah bawah)
9.         Menggantungkan selang infus pada standar infus
10.     Buka abocath dari bungkusnya
11.     Potong 3 lembar plester
12.     Pilih pembuluh darah yang akan dipasang infus, dengan syarat : pembuluh darah berukuran besar, pembuluh darah tidak bercabang, pembuluh darah tidak di area persendian
13.     Bendung bagian proksimal/atas dari pembuluh darah yang akan dipasang infus dengan torniquet
14.     Minta pasien menggenggamkan tangan, dengn ibu jari pasien di dalam genggaman
15.     Mendesinfeksi daerah yang akan dipasang infus
16.     Menusukkan jarum infus ke vena dengan lubang jarum menghadap keatas. Pastikan darah mengaliri jarum dan abocath. Jika belum teraliri oleh darah, temukan pembuluh darah sampai darah mengaliri jarum dan abocath
17.     Tourniket dilepas bila darah sudah masuk
18.     Lepas jarum sambil meninggalkan abocath di dalam pembuluh darah
19.     Tekan pangkal abocath untuk mencegah darah keluar dan masukkan ujung sela infus set ke abocath
20.     Fixasi secara menyilang menggunakan plester abocath yang sudah terpasang
21.     Alirkan cairan dari botol ke pembuluh darah dengan membuka roller. Bila tetesan lancar, jarum masuk di pembuluh darah yang benar
22.     Fixasi dengan cara kupu-kupu. Meletakkan plester dengan cara terbalik di bawah selang infus, kemudian disilangkan
23.     Menutup jarum dan tempat tusukan dengan kassa steril dan diplester
24.     Mengatur/menghitung jumlah tetesan
25.     Mengatur posisi pada anggota tubuh yang diinfus bila perlu diberi spalk
26.     Menuliskan tanggal pemasangan infus pada plester terakhir
27.     Merapikan alat dan pasien
28.     Melepas sarung tangan dan mencuci tangan
Pembimbing mampu mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
5 menit
Dokumentasi :
1.         Tindakan dan respon pasien
2.         Nama bidan yang melakukan perasat pemasangan infus
3.         Keadaan umum pasien.
3
Mahasiswa mampu mereview tindakan yang telah dilakukan
Pembimbing mampu melakukan review tindakan yang telah dilakukan
6 mnt
Post Conference
Mahasiswa memahami penjelasan tentang prosedur pemasangan infus


F.     Evaluasi
1.      Prosedur          : Preconference, bedsite teaching, postconference
2.      Jenis test          : skill, attitude, cognitive
3.      Bentuk                        : observasi
4.      Alat test          : SPO, checklist
G.    Referensi

1.      Hidayat A. Aziz Alimul, Musrifatul. 2008. Praktikum Ketrampilan Dasar Praktik Klinik : Aplikasi Dasar-dasar Praktik Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.
2.       Hidayat A. Aziz Alimul, Musrifatul. 2008. Ketrampilan Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika
3.      Alimul, Aziz. 2008. Keterampilan dasar praktik klinik kebidanan (ed. 2). Jakarta : Salemba Medika.
4.      Potter & Perry. 2005. Buku ajar fundamental keperawatan konsep, proses, dan praktik (ed.4, vol 1). Jakarta : EGC.
5.      ____________. 2006. Buku ajar fundamental keperawatan konsep, proses, dan praktik (ed.4, vol 2). Jakarta : EGC.

H.    Lampiran
1.      Materi tentang  pemasangan infuse.
2.      Kontrak belajar mahasiswa bimbingan.
3.      Lembar check list tentang pemasangan infus.


Lampiran
Materi
(Pemasangan Infus)

Pemberian cairan melalui infuse adalah pemberian cairan yang diberikan pada pasien yang mengalami pengeluran cairan atau nutrisi yang berat. Tindakan ini membutuhkan kesteril-an mengingat langsung berhubungan dengan pembuluh darah. Pemberian cairan melalui infus dengan memasukkan kedalam vena (pembuluh darah pasien) diantaranya vena lengan (vena sefalika basal ikadan median akubiti), pada tungkai (vena safena) atau vena yang ada dikepala, seperti vena temporalis frontalis (khusus untuk anak-anak).
1.      Definisi Pemasangan Infus
Pemasangan infus merupakan sebuah teknik yang digunakan untuk memungsi vena secara transcutan dengan menggunakan stilet tajam yang kaku dilakukan dengan teknik steril seperti angeocateter atau dengan jarum yang disambungkan dengan spuit Pemasangan infus adalah salah satu cara atau bagian dari pengobatan untuk memasukkan obat atau vitamin ke dalam tubuh pasien.
Sedangkan ifus adalah memasukkan cairan dalam jumlah tertentu melalui vena penderita secara terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Pemasangan infus intravena adalah memasukkan jarum atau kanula ke dalam vena (pembuluh balik) untuk dilewati cairan infus/pengobatan, dengan tujuan agar sejumlah cairan atau obat dapat masuk ke dalam tubuh melalui vena dalam jangka waktu tertentu. Tindakan ini sering merupakan tindakan life saving seperti pada kehilangan cairan yang banyak, dehidrasi dan syok, karena itu keberhasilan terapi dan cara pemberian yang aman diperlukan pengetahuan dasar tentang keseimbangan cairan dan elektrolit serta asam basa.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pemasangan infus adalah sebuah teknik memasukkan jarum atau kanula kedalam vena untuk memasukkan cairan infus kedalam tubuh.


2.      Tujuan Pemasangan Infus
Tujuan utama terapi intravena adalah mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit, vitamin, protein, lemak dan kalori yang tidak dapat dipertahankan melalui oral, mengoreksi dan mencegah gangguan cairan dan elektrolit, memperbaiki keseimbangan asam basa, memberikan tranfusi darah, menyediakan medium untuk pemberian obat intravena, dan membantu pemberian nutrisi parental.
3.      Keuntungan dan Kerugian
a.         Keuntungan : Keuntungan pemasangan infus intravena antara lain: Efek terapeutik segera dapat tercapai karena penghantaran obat ke tempat target berlangsung cepat, absorbs total memungkinkan dosis obat lebih tepat dan terapi lebih dapat diandalkan, kecepatan pemberian dapat dikontrol sehingga efek terapeutik data dipertahankan maupun dimodifikasi, rasa sakit dan iritasi obat-obat tertentu jika diberikan intramuscular atau subkutan dapat dihindari sesuai untuk obat yang tidak dapat diabsorbsi dengan rute lain karena molekul yang besar, iritasi atau ketidakstabilan dalam traktus gastrointestinalis.
b.         Kerugian : Kerugian pemasangan infus intravena adalah: tidak bisa dilakukan “drug recall”  dan mengubah aksi obat tersebut sehingga resiko toksisitas dan sensitivitas tinggi, control pemberian yang tidak baik bisa menyebabkan “speed shock” dan komplikasi tambahan dapat timbul, yaitu: konmtaminasi mikroba melalui titik akses ke sirkulasi dalam periode tertentu, iritasi vascular, misalnya flebitis kimia, dan inkompabilitas obat dan interaksi dari berbagai obat tambahan.
4.      Lokasi Pemasangan Infus
Tempat atau lokasi vena perifer yang sering digunakan pada pemasangan infus adalah vena supervisial atau perifer kutan terletak di dalam fasia subcutan dan merupakan akses paling mudah untuk terapi intaravena.  Daerah tempat infus yang memungkinkan adalah permukaan dorsal tangan (Vena supervisial dorsalis, vena basalika, vena sefalika), lengan bagian dalam (vena basalika, vena sefalika, vena kubital median, vena median lengan bawah, dan vena radialis), permukaan dorsal (Vena safena magna, ramus dorsalis). Pemulihan lokasi pemasangan terapi intravena mempertimbangkan beberapa factor, yaitu:
a.         Umur pasien: misalnya pada anak kecil, pemilihan sisi adalah sangat penting dan mempengaruhi beberapa lama intravena terakhir
b.         Prosedur yang diantisipasi: misalnya jika pasien harus menerima jenis terapi tertentu atau mengalami beberapa prosedur seperti pemedahan, pilih sisi yang tidak terpengaruh oleh apapun
c.         Aktivitas pasien: misalnya gelisah, bergerak, tak bergerak, perubahan tingkat kesadaran
d.        Jenis intravena: jenis larutan dan obat-obatan yang akan diberikan sering memaksa tempat-tempat yang optimum (misalnya hiperalimenasi adalah sangat mengiritasi bena-vena perifer
e.         Durasi terapi intravena: terapi jangka panjang memerlukan pengukuran untuk memelihara vena; pilih bena yang akurat dan baik, rotasi sisi dengan hati-hati, rotasi sisi pungsi dari distal ke proksimal (misalnya mulai di tangan dan pindah ke lengan)
f.          Keetersediaan vena perifer bila sangan sedikit vena yang ada, pemilihan sisi dan rotasi yang berhati-hati menjadi sangat penting; jika sedikit vena pengganti
g.         Terapi intravena sebelumnya: flebitis sebelumnya membuat vena menjadi tidak baik untuk digunakan, kemotrapi sering membuat vena menjadi buruk (misalnya mudah pecah atau sklerosis)
h.         Pembedahan sebelumnya: jangan gunakan ekstremitas yang terkena pada pasien dengan kelenjar limfe yang telah diangkat (misalnya pasien mastektomi) tanpa izin dari dokter
i.           Sakit sebelumnya: jangan gunakan ekstremitas yang sakit pada pasien dengan stroke
j.           Kesukaan pasien: jika mungkin, pertimbangkan kesukaan alami pasien untuk sebelah kiri atau kanan dan juga sisi.


5.      Cairan Infus
Cairan intravena (infus) dibagi menjadi 3, yaitu:
a.         Cairan ersifat isotonis: osmolaritas (tingkat kepekatan) cairan mendekati serum (bagian cair dari komponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun). Meiliki resiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung kongresif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dan normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).
b.         Cairan bersifat hipotonis: osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum (kosentrasi ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum, dan menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan ditarik dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel mengalami dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialysis) dalam terapi deuretik, juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetic. Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakarnial (dalam otak) pada beberapa orang. Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.
c.         Cairan bersifat hipertonis: osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga menarik cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urine, dan mengurangi edema bengkak). Penggunaannya kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5% + Ranger- Lactate.
6.      Komplikasi Pemasangan Infus
Pemasangan infus intravena diberikan secara terus menerus dan dalam jangka waktu yang lama tentunya akan meningkatkan terjadinya komplikasi. Komplikasi dari pemasangan infus yaitu flebitis, hematoma, infiltrasi, trombiflebitis, emboli udara.
a.         Flebitis : Inflasi vena yang disebabkan oleh iritasi kimia maupun mekanik. Kondisi ini dikarakteristikkan dengan adanya daerah yang memerah dan hangat di sekitar daerah inersi/penusukan atau sepanjang vena, nyeri atau rasa lunak pada area inersi atau sepanjang vena dan pembengkakan.
b.         Infiltrasi : Infiltaris terjadi ketika cairan IV memasuki ruang subkutan di sekililing tempat fungsi vena. Infiltrasi ditunjukkan dengan adanya pembengkakan (akibat peningkatan cairan di jaringan), palor (disebabkan oleh sirkulasi yang menurun) di sekitar area inersi, ketidaknyamanan dan penurunan kecepatan aliran secara nyata. Infiltrasi mudah dikenali jika tempat penusukan lebih besar daripada tempat yang sama di ekstremitas yang berlawanan. Suatu cara yang lebih  dipercaya untuk memastikan infiltrasi adalah dengan memasang torniket di atas atau di daerah proksimal dari tempat pemasangan infus dan mengencangkan torniket tersebut secukupnya untuk menghentikan aliran vena. Jika infus tetap menetes meskipun ada obstruksi vena, berarti terjadi infilrasi.
c.         Iritasi vena : Kondisi ini ditandai dengan nyeri selama diinfus, kemerahan pada kulit di atas area insersi. Iritasi vena bisa  terjadi karena cairan dengan pH tinggi, pH rendah atau osmolaritas yang tinggi (misalnya: Phenytoin, voncomycin, eritromycin dan nafellin).
d.        Hematoma : Hematoma terjadi sebagai akibat kebocoran darah ke jaringan di sekitar area inersi. Hal ini disebabkan oleh pecahnya vena yang berlawanan selama penusukan vena, jarum keluar vena, dan tekanan yang tidak sesuai yang diberikan ke tempat penusukan setelah jarum atau kateter dilepaskan. Tanda dan gejala hematoma yaitu ekimosis, pembengkakan segera pada tempat penusukan, dan kebocoran darah pada tempat penusukan.
e.         Tromboflebitis : Tromboflebitis menggambarkan adanya bekuan ditambah peradangan dalam vena. Karakteristik Tromboflebitis adalah adanya nyeri yang terlokalisasi, kemerahan, rasa hangat, dan pembengkakan di sekitar area insersi atau sepanjang vena, imobilisasi ekstremitas karena adanya rasa tidak nyaman dan pembengkakan, kecepatan aliran yang tersendat, demam, malaise, dan leukositosis.
f.          Trombisis : Trombisis ditandai dengan nyeri, kemerahan, bengkak pada vena, dan aliran infus berhenti. Trombisis disebabkan oleh injuri sel endotel dinding vena, pelekatan platelet.
g.         Occlusion : Occlusion ditandai dengan tidak adanya penambahan aliran ketika botol dinaikkan, aliran balik darah di selang infus, dan tidak nyaman pada area pemasangan/insersi. Occlusion disebabkan oleh gangguan aliran IV, aliran balik darah ketika pasien berjalan, dan selang diklem terlalu lama.
h.         Spasme : Vena Kondisi ini ditandai dengan nyeri sepanjang vena, kulit pucat di sekitar vena, aliran berhenti meskipun klem sudah dibuka maksimal. Spasme Vena bisa disebabkan oleh pemberian darah atau cairan yang dingin, iritasi vena oleh obat atau cairan yang mudah mgiritasi vena dan aliran yang terlalu cepat.
i.           Reaksi : Vasovagal Digambarkan dengan klien tiba-tiba terjadi kollaps pada vena, dingin, berkeringat, pingsan, pusing, mual dan penurunan tekanan darah. Reaksi vasovagal bisa disebabkan oleh nyeri kecemasan.
j.           Kerusakan Syaraf, tendon dan ligament  : Kondisi ini ditadai oleh nyeri ekstrem, kebas/mati rasa, dan kontraksi otot. Efek lambat yang bisa muncul adalah paralysis, mati rasa dan deformitas. Kondisi ini disebabkan oleh tehnik pemasangan yang tidak tepat sehingga menimbulkan injuri di sekitar syaraf, tendon dan ligament.


KONTRAK BELAJAR

Nama               : Tiara Gladisca
Tempat            : Ruang Parekesit
Topik               : Kebutuhan Dasar Manusia
Sub Topik        : Pemasangan Infus

Tujuan Umum
Tujuan Khusus
Sumber
Strategi Pencapaian
Kriteria Penilaian

Setelah mengikuti pembelajaran klinik ini peserta didik mampu melakukan pemasangan infus

Setelah mengikuti proses pembelajaran klinik peserta didik mampu:
a.       Memahami tentang pengertian pemasangan infus
b.       Memahami tujuan pemasangan infus
c.       Memahami persiapan untuk pemasangan infus
d.      Memahami langkah-langkah pemasangan infus
1.   Hidayat A. Aziz Alimul, Musrifatul. 2008. Praktikum Ketrampilan Dasar Praktik Klinik : Aplikasi Dasar-dasar Praktik Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.
2.    Hidayat A. Aziz Alimul, Musrifatul. 2008. Ketrampilan Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika
3.   Alimul, Aziz. 2008. Keterampilan dasar praktik klinik kebidanan (ed. 2). Jakarta : Salemba Medika.
4.   Potter & Perry. 2005. Buku ajar fundamental keperawatan konsep, proses, dan praktik (ed.4, vol 1). Jakarta : EGC.
5.   ____________. 2006. Buku ajar fundamental keperawatan konsep, proses, dan praktik (ed.4, vol 2). Jakarta : EGC.
a.    Melakukan studi pustaka sebelum terjun ke lahan praktek
b.   Diskusi dengan dosen pembimbing dan pembimbing klinik
c.    Bed side teaching
a.       Penilaian penampilan dengan checklist
b.      Laporan pendokumentasian

Semarang,  18 Desember 2014




CHECKLIST PRE CONFERENCE

Nama               : Mariza Mustika Dewi, Amd.Keb
NIM                : 1404075
Metode            : Preseptorsip
Kasus              : Melakukann Pemasangan Infus

No
Kegiatan
YA
TIDAK
1
Pembimbing menjelaskan kepada peserta didik tentang pengertian pemasangan infus.


2
Pembimbing menjelaskan kepada peserta didik tentang tujuan pemasangan infus.


3
Pembimbing menjelaskan kepada peserta didik tentang persiapan pemasangan infus.


4
Pembimbing menjelaskan kepada peserta didik tentang langkah-langkah pemasangan infus.


Nilai =       Jumlah item yang dilakukan    x 100
                        Total item

Keterangan:     Isilah dengan tanda ( v ) bila dilakukan
Isilah dengan tanda (x) bila tidak dilakukan
Ya       = dilakukan dengan benar
Tidak   = tidak dilakukan






DAFTAR CHECKLIST SPO

Nama               : Mariza Mustika Dewi, Amd.Keb
NIM                : 1404075
Metode            : Preseptorsip
Kasus              : Melakukan Pemasangan Infus

NO
ASPEK YANG DINILAI
SKOR
YA
TIDAK
A
SIKAP DAN PERILAKU


1
Teruji komunikatif memperkenalkan diri dengan pasien


2
Teruji menyampaikan tujuan dan prosedur tindakan


3
Teruji bersikap sopan


4
Teruji bersikap cekatan



 Score: 4


B
PERALATAN


1
Perlak dan alasnya


2
Tourniquet


3
Kapas alkohol


4
Plester


5
Gunting


6
Kain kasa steril


7
Set infus


8
Jarum infuse (abocath, wing needle/butterfly)


9
Cairan infus


10
Bengkok


11
Bak instrument kecil


12
Sarung tangan bersih


13
Standar infus



Score : 13


C
PROSEDUR KERJA


1
Mencuci tangan


2
Memakai sarung tangan


3
Membuka daerah yang akan dipasang infus


4
Memasang alas dibawah anggota badan yang akan dipasang infus


5
Membuka set infus dan meletakkannya pada bak instrumen steril


6
Menusukkan jarum set infus ke dalam botol infus kemudian mengalirkan cairan ke selang infus berakhir di bengkok untuk mengeluarkan udara dan mengisi selang infus


7
Isi tempat tetesan infus kurang lebih separuhnya


8
Pastikan roller selang infus dalam keadaan menutup (ke arah bawah)


9
Menggantungkan selang infus pada standar infus


10
Buka abocath dari bungkusnya


11
Potong 3 lembar plester


12
Pilih pembuluh darah yang akan dipasang infus, dengan syarat : pembuluh darah berukuran besar, pembuluh darah tidak bercabang, pembuluh darah tidak di area persendian


13
Bendung bagian proksimal/atas dari pembuluh darah yang akan dipasang infus dengan torniquet


14
Minta pasien menggenggamkan tangan, dengn ibu jari pasien di dalam genggaman


15
Mendesinfeksi daerah yang akan dipasang infus


16
Menusukkan jarum infus ke vena dengan lubang jarum menghadap keatas. Pastikan darah mengaliri jarum dan abocath. Jika belum teraliri oleh darah, temukan pembuluh darah sampai darah mengaliri jarum dan abocath


17
Tourniket dilepas bila darah sudah masuk


18
Lepas jarum sambil meninggalkan abocath di dalam pembuluh darah


19
Tekan pangkal abocath untuk mencegah darah keluar dan masukkan ujung sela infus set ke abocath


20
Fixasi secara menyilang menggunakan plester abocath yang sudah terpasang


21
Alirkan cairan dari botol ke pembuluh darah dengan membuka roller. Bila tetesan lancar, jarum masuk di pembuluh darah yang benar


22
Fixasi dengan cara kupu-kupu. Meletakkan plester dengan cara terbalik di bawah selang infus, kemudian disilangkan


23
Menutup jarum dan tempat tusukan dengan kassa steril dan diplester


24
Mengatur/menghitung jumlah tetesan


25
Mengatur posisi pada anggota tubuh yang diinfus bila perlu diberi spalk


26
Menuliskan tanggal pemasangan infus pada plester terakhir


27
Merapikan alat dan pasien


28
Melepas sarung tangan dan mencuci tangan



Score: 28


D
TEKNIK


1
Teruji melakukan secara sistematis dan berurutan


2
Teruji berkomunikasi dengan pasien secara baik


3
Teruji melakukan tindakan dengan percaya diri


4
Teruji mendokumentasikan hasil



Score : 4


Total :


Nilai :    nilai total yang dilakukan x 100
                            49

Keterangan:                 Ya = dilakukan dengan benar
Tidak = tidak dilakukan
Isilah dengan tanda (v) bila dilakukan
Isilah dengan tanda (x) bila tidak dilakukan


Semarang, 18 Desember 2014
Pembimbing



                        Mariza Mustika D, Amd. Keb






CHECKLIST POST CONFERENCE

Nama               : Mariza Mustika Dewi, Amd.Keb
NIM                : 1404075
Metode            : Preseptorsip
Kasus              : Melakukan Pemasangan Infus

No
Kegiatan
YA
TIDAK
1
Pembimbing klinik menanyakan perasaan peserta didik setelah bed site teaching.


2
Pembimbing klinik menanyakan peserta didik tentang attitude saat contact pada pasien.


3
Pembimbing klinik memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya


Nilai:      Jumlah item yang dilakukan    x 100
                        Total item

Keterangan:                 Isilah dengan tanda ( v ) bila dilakukan
Isilah dengan tanda (x) bila tidak dilakukan
Ya       = dilakukan dengan benar
Tidak   = tidak dilakukan








FORMAT PENILAIAN PRAKTEK BIMBINGAN KLINIK
METODE PRESEPTORSIP PEMASANGAN INFUS

NO
Aspek Penilaian
Nilai
Bobot
N x b
1
Preconference




a.    Ketepatan waktu sesuai perencanaan bimbingan

10


b.    Kesesuaian perencanaan kegiatan CI pada saat preconference

30

2
Bed Side Teaching




a.    Informed consent pada pasien

10


b.    Penilaian kesesuaian tindakan berdasarkan SPO

20

3.
Postconference




a.    Ada refleksi

5


b.    Penilaian CI

25


Keterangan:
Kolom nilai diisi dengan angka 0 atau 1
0 = jika tidak sesuai
1 = jika sesuai



Komentar

Postingan populer dari blog ini

PROLAPSUS TALI PUSAT

BAHAN AJAR ASUHAN KEBIDANAN I (KEHAMILAN)